Desain yang bagus tidak terjadi secara instan. Di balik setiap karya desain interior yang memukau atau desain grafis yang eye-catching, selalu ada proses riset dan penyusunan konsep yang matang. Tanpa itu, hasilnya bisa jadi kurang optimal atau entah kurang fungsional, tidak sesuai kebutuhan, atau bahkan tidak menarik sama sekali. Lalu, mengapa riset dan konsep itu penting? Yuk, mari kita bahas!

1. Riset: Fondasi dari Desain yang Berkualitas
Bayangkan mau membangun rumah. Apa yang pertama kali dilakukan? Tentu saja survei lokasi, cek kondisi tanah, dan tentukan bahan bangunan yang tepat. Sama halnya dengan desain, riset adalah langkah awal yang menentukan kesuksesan hasil akhir.
Apa Saja yang Perlu Diriset?
- Target Audiens/Pengguna
- Desain interior: Siapa yang akan menggunakan ruangan ini? Keluarga dengan anak kecil? Pasangan muda? Pebisnis yang butuh ruang kerja?
- Desain grafis: Siapa yang akan melihat desain ini? Anak muda? Orang tua? Calon pelanggan bisnis?
- Kebutuhan & Masalah yang Harus Diselesaikan
- Contoh: Jika mendesain kafe, riset dulu kebiasaan pengunjung—apakah mereka butuh spot foto Instagram? Atau lebih prioritas kenyamanan duduk lama?
- Dalam desain logo, riset dulu pesaing—apa yang sudah ada di pasaran? Bagaimana membuat logo yang beda dan lebih memorable?
- Tren & Inspirasi
- Cari referensi dari desain-desain yang sudah sukses. Tapi jangan sekadar meniru, melainkan mengadaptasi dengan kebutuhan proyek Anda.
Tanpa riset, desain bisa jadi “asal jadi” dan tidak tepat sasaran.
2. Konsep: Peta yang Membimbing Proses Desain
Setelah riset, langkah selanjutnya adalah menyusun konsep. Konsep ibarat “blueprint” atau peta yang memandu setiap keputusan desain.
Apa yang Harus Ada dalam Konsep?
- Tema & Gaya
- Apakah desain Anda minimalis, vintage, industrial, atau playful?
- Contoh: Desain kamar tidur dengan tema “Jepang minimalis” akan berbeda dengan “Bohemian cozy”.
- Warna, Tipografi, & Elemen Visual
- Dalam desain grafis, pemilihan warna dan font harus konsisten dengan brand identity.
- Dalam desain interior, warna dinding dan furnitur harus selaras dengan suasana yang ingin diciptakan.
- Fungsi & User Experience (UX)
- Desain bukan hanya soal cantik, tapi juga kegunaan.
- Contoh: Meja kerja harus ergonomis, poster promosi harus mudah dibaca dari jauh.
Tanpa konsep, desain bisa berantakan dan tidak konsisten.
3. Contoh Nyata: Desain Tanpa Riset & Konsep vs. yang Matang
Kasus 1: Desain Interior Restoran
- Tanpa riset & konsep:
- Pemilik memilih warna gelap karena suka, tapi ternyata restoran terkesan sempit dan kurang menarik sehingga tidak mengundang orang untuk datang.
- Kursi dipilih karena estetik, tapi ternyata tidak nyaman untuk duduk lama.
- Dengan riset & konsep:
- Riset menunjukkan target market anak muda yang suka foto makanan.
- Konsep: “Bright & Instagrammable” → warna cerah, spot foto menarik, kursi nyaman.
Kasus 2: Desain Logo Bisnis
- Tanpa riset & konsep:
- Logo asal pakai font trending, tapi tidak mencerminkan nilai bisnis.
- Warna terlalu ramai sehingga tidak profesional.
- Dengan riset & konsep:
- Riset kompetitor dan preferensi pelanggan.
- Konsep: “Simpel & Modern” → logo clean, warna maksimal 2, mudah diingat.
4. Tips Memulai Riset & Konsep dengan Tepat
- Tanya “Mengapa?” Sebelum “Bagaimana?”
- Jangan langsung terjun ke software desain. Tanyakan dulu: “Apa tujuan desain ini? Siapa yang akan menggunakannya?”
- Kumpulkan Referensi
- Gunakan Pinterest, Behance, atau majalah desain untuk inspirasi.
- Buat Moodboard
- Kumpulkan gambar, warna, dan font yang cocok dengan konsep.
- Test & Revisi
- Tunjukkan konsep ke orang lain dan minta feedback sebelum eksekusi final.
5. Kesimpulan
Desain yang baik tidak dimulai dari software atau sketsa, tapi dari riset mendalam dan konsep yang matang. Dengan fondasi yang kuat, desain Anda tidak hanya indah, tapi juga fungsional dan tepat sasaran.
Jadi, sebelum mulai mendesain, ingat: “Riset dulu, konsepkan, baru eksekusi!” 🚀
Bagaimana dengan Anda? Apakah selama ini langsung loncat ke desain atau sudah terbiasa riset dulu? Share pengalaman Anda di komentar! 😊